Tidak Paham, Tidak Untung
Berdasarkan Survei OJK tahun 2019, indeks literasi/ melek keuangan Indonesia yaitu 38%. Artinya dari 10 orang yang ada di Indonesia, hanya 4 orang yang melek atau paham akan keuangan. Beda dengan negara tetangga, Singapura, yang tingkat melek keuangannya sekitat 78%. Artinya sudah hampir semuanya sudah melek akan keuangan.
Kenapa sih harus paham keuangan? Kan saya tidak kuliah ekonomi atau keuangan
Nah mindset ini yang perlu kita perbaiki. Keuangan sebenarnya tidak hanya harus dikuasai oleh orang-orang tertentu saja. Kalau Sobat Fina sudah baca artikel di Inspirasi Keuangan di aplikasi Halogaji tentang Kakeibo, maka budaya dari Jepang tersebut bisa merubah banyak aspek kehidupan.
Misalnya nih, ketika Sobat Fina membuat alokasi belanja bulanan di awal bulan, maka yang terjadi akan seperti ini:
- Alokasi membuat kita tahu batasan dari setiap pos-pos keuangan
- Pos keuangan tersebut akan membuat kita memaksimalkan alokasi yang sudah ditentukan di awal. Memaksimalkan bisa berarti tidak membeli yang tidak perlu, ketika membeli akan membandingkan dengan harga yang lain, lebih memilih angkutan umum dibandingkan angkutan pribadi, mementingkan kesehatan dengan berjalan kaki, bisa mengatur persediaan makanan di awal bulan, dan penghematan lainnya.
- Pos membuat kita menyusun prioritas pengeluaran
- Pos membuat kita untuk mengalokasikan pengeluaran untuk menabung/ berinvestasi
- Alokasi membuat kita mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Poin-poin diatas tentunya menjadi manfaat yang kita dapatkan ketika kita mampu mengelola keuangan dengan baik, dengan Kakeibo ala Jepang. Namun jika kita tidak melek keuangan, maka akibatnya adalah:
- Penghasilan selalu kurang.
Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya pemahaman untuk mengalokasikan pengeluaran di awal bulan dan tidak adanya pencatatan pengeluaran. Maka pada akhirnya sangat sulit untuk melakukan evaluasi. Uang yang didapatkan di awal bulan, tiba-tiba hilang di akhir bulan dan rasanya ada kebutuhan yang belum dibeli, tapi sudah tidak punya uang lagi.
- Tidak punya tabungan.
Akibat dari penghasilan selalu kurang adalah tidak adanya alokasi untuk menabung. Baiknya kita selalu membuat alokasi untuk menabung di awal bulan sama hal nya dengan alokasi untuk kebutuhan lainnya seperti membayar listrik, belanja kebutuhan dapur, biaya pendidikan anak dan kebutuhan lainnya.
- Hidup diatas kemampuan uang.
Mindset yang dimiliki adalah uang yang ada/ dihasilkan dari gaji maka bisa dimanfaatkan untuk apa saja. Merasa bahwa setiap hasil kerja harus dimanfaatkan untuk memanjakan diri sendiri karena sudah sebulan penuh bekerja. Akibatnya adalah keinginan akan selalu diprioritaskan dibandingkan kebutuhan.
- Terjerat Utang.
Tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan juga membedakan mana aset yang produktif dan konsumtif menjadi penyebab masyarakat saat ini terjerat utang.
Hal terakhir yang marak saat ini terjadi adalah investasi bodong. Saat ini, masyarakat kita sangat mudah ditipu dan diiming-imingi dengan imbal hasil yang tinggi. Informasi yang tersebar luas di internet melalui gadget membuat orang gelap mata akan proses bagaimana menjadi kaya. Pastinya ada banyak hal yang bisa kita bahas tentang investasi bodong ini.
Cek terus artikel Inspirasi Keuangan di aplikasi Halogaji ya!