
Spirit Puasa dalam Pengelolaan Keuangan
Bulan ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, baik muslim yang wajib melakukan ibadah puasa, ataupun masyarakat pada umumnya. Karena pada bulan puasa ini banyak sekali kesempatan yang datang. Baik yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya spiritual. Kesempatan tersebut tentunya harus disikapi dengan bijaksana.
Pengelolaan keuangan dalam bulan puasa merupakan salah satu hal yang perlu disikapi secara bijaksana. Salah satu fenomena keuangan yang sering terjadi pada bulan puasa ini adalah logika yang terbalik. Logikanya, ketika bulan puasa, orang yang berpuasa akan mengurangi intensitas makan dari tiga kali sehari menjadi dua kali sehari, sehingga pengeluarannya akan berkurang. Namun, pada kenyataannya, malah pada bulan puasa ini pengeluaran makin membengkak.
Pertanyaannya adalah ‘apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?’
1. Tanamkan Spirit Puasa
Spirit atau semangat puasa akan tertanam apabila seseorang sudah dapat memaknai puasa itu sendiri. Maka, apakah makna puasa itu sendiri? Eko Pratomo, Lead Advisor & Co-Founder Halofina, berbagi pengalamannya tentang memaknai puasa. Menurut Eko, formula puasa itu adalah mem’puasa’kan kehendak diri dan hanya memberlakukan kehendak Allah.
Dengan konsep seperti itu, maka puasa kita akan sesuai dengan tujuan puasa di Al-Quran yaitu menjadi orang yang takwa. Serta definisi takwa adalah menjauhi larangan-Nya dan mengikuti kehendak-Nya, termasuk saat bicara konteks keuangan. Sering kali saat membahas keuangan, terpikir bahwa hal tersebut jauh dari akhirat dan lebih banyak tentang duniawi. Padahal pada semua agama disebutkan, bahwa harta yang dimiliki itu harus dipertanggung jawabkan.
2. Evaluasi Tujuan Puasa
Bulan puasa juga dapat dimaknai sebagai bulan pendidikan, pendidikan yang diharapkan adalah perubahan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Evaluasi ini dapat dilakukan pada dua sisi, yang pertama pada sisi personal, dengan membandingkan kenyataan di tahun lalu dengan kondisi nyata pada saat ini.
Kedua, yaitu evaluasi pada sisi budgeting. Saat merencanakan budget selama ramadhan, sangat penting untuk melihat kondisi keuangan pada tahun-tahun sebelumnya agar dapat mempelajari kekurangan dan kelebihan strategi pengelolaan keuangan yang digunakan. Tanyakan pada diri sendiri, apakah budget yang dibuat tahun lalu sudah sesuai kapasitas, atau masih tergolong boros? Jika masih boros, maka masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki.
Evaluasi kondisi keuangan pada keluarga haruslah melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk pasangan dan anak-anak, karena bila tidak kompak satu sama lain, konflik dalam keluarga mungkin terjadi. Pastikan setiap orang dalam keluarga terfasilitasi aspirasinya.
3. Sumber dan Cara Mendapatkan Penghasilan yang Halal
Selain bicara tentang boros atau tidaknya budget yang kita buat, perlu dievaluasi juga penghasilan yang didapat selama ini. Kembali tanya pada diri sendiri, apakah sumber dan cara kita memperoleh pendapatan sudah halal atau belum?
Karena bisa jadi sumber pendapatan atau cara memperoleh pendapatan yang dimiliki tidak berkah karena dua kemungkinan. Pertama, pendapatan sudah halal tapi cara mendapatkannya tidak halal. Kedua, cara mendapatkannya tidak halal padahal pendapatan diberikan dalam bentuk halal. Melakukan budgeting merupakan salah satu cara yang dapat mengarahkan pada cara memperoleh uang dengan benar.
Halal atau tidaknya sumber atau cara sebuah penghasilan mempengaruhi keberkahan. Mohammad Teguh, salah satu Financial Advisor Halofina mengatakan, “Tuhan kasih kita rejeki, kira-kira kalau gak korupsi sama gak? Mungkin sama, karena rejeki orang gak akan ketuker. Tinggal cara memperoleh rezekinya, tergantung pada kita. Tugas kita adalah untuk berikhtiar dengan maksimal dan benar. Usaha adalah kewajiban, hasil prerogatif tuhan. Jadi aneh kalau dengan caranya harus korupsi atau mencuri”.
4. Zakat Mal dan Zakat Fitrah
Meningkatkan spirit puasa dalam pengelolaan keuangan salah satunya adalah dengan menyadari kewajiban apa saja yang harus kita lakukan. Membayar zakat merupakan suatu kewajiban yang perlu diperhitungkan pula.
Keutamaan membayar zakat sudah banyak disampaikan oleh para pemuka agama. Hal penting yang perlu disadari adalah bahwa uang atau rejeki yang kita miliki adalah milik Allah. Teguh mengatakan, “(uang) yang dititipkan sama kita itu 100% loh, bukan 2.5%. Seberapapun banyaknya, kalau kesadaran itu sudah ada maka 2.5% atau 5% atau 10% itu gak jadi beban”.
Maka dari itu, menanamkan spirit puasa dalam pengelolaan keuangan merupakan suatu hal yang penting dan besar pengaruhnya terhadap kegiatan kita selama bulan ramadhan. Bukan hanya dari sisi finansial saja, tetapi juga dari sisi psikologis dan spiritual, bahwa spirit puasa terbukti pengaruhnya.
Semoga ramadhan kali ini menjadi tahun pendidikan bagi semua yang terlibat di dalamnya. Sehingga selepas dari bulan ramadhan ini, kita semua menjadi pribadi baru yang tentu saja lebih baik dari sebelumnya.
Selamat berpuasa dari Halofina!

