
Millennial Bisa Banget Kok Punya Rumah
Banyak orang yang berasumsi kalau millennials itu gak bisa punya rumah, karena millenials sering kali dicap sebagai generasi yang lebih banyak menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang bersifat trend dan experience.
Bahkan dilansir dari Indonesia Millennial Report 2019, dikatakan hampir lebih dari 60% millennials sekarang ini belum memiliki rumah. Banyak banget ya? Iya, angkanya memang cukup tinggi. Tapi mereka yang belum punya rumah juga bukannya tanpa alasan.
Alasan millennials belum punya rumah diantaranya adalah karena mereka belum punya akses ke fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang disediakan oleh bank, atau memang memilih untuk tidak memiliki rumah! Ya, betul!
Millennials yang identik dengan gaya hidup yang instan juga lebih memilih untuk sewa properti seperti apartemen maupun rumah yang letaknya di perkotaan daripada membeli rumah tinggal permanen yang letaknya lebih jauh dari tempat mereka beraktivitas.
Jadi bagi millennial, untuk punya atau gak punya rumah itu adalah pilihan. Nah, bagi mereka yang ingin memiliki rumah, ada 3 strategi nih yang mungkin bisa digunakan :
1. Beli Langsung Cash
Walaupun berdasarkan data memang gak banyak yang membeli rumah dengan cash, tapi ada saja kok. Caranya beragam, bisa karena dapat uang dengan nominal tinggi di satu waktu, seperti warisan atau bonus, bisa juga dari uang tabungan atau hasil investasi.
Dengan aplikasi Halofina, kamu juga bisa merencanakan investasi untuk mewujudkan rumah impian kamu. Kamu cukup masukkan informasi yang dibutuhkan, seperti harga rumah yang kamu mau dan jangka waktu mewujudkan rumah impian kamu. Lalu kamu akan diberikan rekomendasi nominal investasi bulanan dan kelas aset/produk investasi yang sesuai dengan profil keuangan kamu.
2. Pake Fasilitas KPR
Data yang menarik dari Bank Indonesia, menunjukan bahwa 77% orang yang membeli rumah itu melalui fasilitas KPR. Bahkan beberapa Bank saat ini mengeluarkan program KPR khusus millennials belum punya rumah yang menawarkan DP murah dan cicilan ringan yang disesuaikan dengan pendapatan millennial. Pemberian DP murah ini ada dengan harapan income naik, maka cicilan di tahun ke 3 dan ke 7 bisa naik lagi. Jadi nilai cicilan besarnya itu di akhir, dengan harapan nasabah tetap bisa bayar karena pendapatannya juga naik.
Ketika seseorang membeli rumah dengan cicilan, maka total cicilan gak boleh lebih dari 35% total pendapatan. Kenapa total pendapatan? Karena kalau suami istri bisa digabung pendapatannya. Tapi ketika ada cicilan untuk rumah cicilan boleh maksimal berada di angka 40%. Kultur orang Indonesia yang kebanyakan punya mimpi untuk punya rumah dan ketika seseorang punya mimpi, dia akan berusaha lebih keras untuk mencapai mimpinya.
Misal seseorang memiliki income Rp 20 juta, maka 40% dari pendapatannya adalah Rp 8 juta. Itu merupakan nilai maksimal seseorang bisa mempunyai cicilan dan ini sangat penting untuk diperhatikan. Karena ketika kamu gagal untuk membayar cicilan-cicilan tersebut, risikonya rumah kamu bisa ditarik, kalau telat ada dendanya, atau namanya di dunia keuangan jadi jelek.
Jadi perlu dipastikan kalau kamu mencicil suatu barang, harus mampu untuk membayarnya. Maksimal cicilan ada di angka Rp 7 juta kalau pendapatannya Rp 20 juta, atau maksimal banget Rp 8 juta untuk total cicilan yang ada cicilan rumahnya.
3. Pilih P2P Lending sebagai Alternatif
Dalam podcast Halofina bersama Gradana Indonesia yang merupakan pionir P2P pembiayaan properti di Indonesia. Angela Oetama, Co-founder Gradana Indonesia, menjelaskan saat ini terdapat 4 produk yang ditawarkan Gradana, yaitu cicilan DP, paket DP dan KPR untuk rumah second (bekerjasama dengan bank rekanan), talangan sewa (Grasewa), hingga pembiayaan renovasi (Grarenov).
Gradana memudahkan proses aplikasi yang tadinya dilakukan secara manual dan memakan waktu, jadi lebih simpel karena bisa dilakukan langsung lewat aplikasi. Selengkapnya tentang Gradana bisa kamu cek di website Gradana Indonesia atau melalui podcast Halofina edisi Millennials Gak Bisa Beli Rumah. Mitos atau Fakta?

