Bolehkah Berutang?
Sebelum berhutang, Sobat Fina harus tau definisinya dulu nih hehe. Utang adalah meminjam uang (atau barang) untuk suatu keperluan. Lalu, apa sih yang membuat seseorang berutang? Biasanya karena tidak memiliki uang/ tabungan ketika ada kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi.
Nah sebenarnya bolehkah kita berutang?
Jawaban singkatnya adalah: Boleh untuk hal produktif, tidak boleh untuk hal yang konsumtif.
Hal produktif misalnya sebagai berikut:
- Mendapatkan keuntungan. Contoh: beli alat pengolah sawah untuk disewakan atau modal usaha lainnya : jual sayur, gorengan, frozen food dll
- Menjadi harta kekayaan – contoh: rumah, hewan ternak, sawah
Yang tidak boleh (konsumtif) contohnya sebagai berikut:
- Menutup biaya hidup. Contoh: makan
- Membeli barang-barang yang tidak prioritas. Contoh beli hp baru, padahal yang lama masih berfungsi baik.
- Tidak menjadi harta kekayaan. Contoh: Biaya pesta pernikahan atau sunatan
Utang bisa disebut baik jika Sobat Fina berada dalam kondisi mampu secara keuangan untuk membayar cicilannya sampai lunas. Selain itu jumlah cicilan/ utang per bulan maksimal hanya 1/3 (sepertiga) dari penghasilan. Karena jika lebih dari itu, akan mengganggu porsi pengeluaran kita lainnya. Dari sisi waktu, utang bisa dikatakan baik sesuai dengan penggunaan dana. Misalnya membeli rumah. Maka utang tidak mengapa jika harus panjang, karena rumah tersebut akan ditempati dalam jangka waktu yang lama.
Lain hal nya jika Sobat Fina menggunakan utang untuk hal yang konsumtif, misalnya untuk berlibur, untuk jalan-jalan bersama teman, makan makanan yang mewah dan sebagainya. Dari sisi waktu dapat dipastikan bahwa contoh diatas tidak menghabiskan waktu yang lama. Paling lama 1 minggu untuk berlibur, bahkan bisa saja dihabiskan dalam beberapa hari. Akan menjadi utang buruk jika berutang dalam jangka waktu yang lama/ berbulan-bulan, padahal dihabiskan hanya dalam hitungan hari, bahkan jam.
Jika tidak direncanakan dan dipikirkan masak-masak, utang bisa menimbulkan masalah keuangan, utamanya karena tidak mampu membayar, sementara pihak pemberi utang akan tetap menagih utangnya utang dilunasi.
Tentunya kondisi keuangan tersebut akan mempengaruhi kondisi kejiwaan juga, misalnya stress, khawatir, cemas, takut, mudah emosi, depresi dan bisa jadi berakibat pada terganggunya kehidupan rumah tangga maupun produktivitas tempat kerja.