5 Cara Ajari Anak Kelola Uang Saku
LifeSpend

5 Cara Ajari Anak Kelola Uang Jajan

Banyak orang tua berpikir bahwa untuk ngobrolin uang dengan anak merupakan hal yang terlalu dini dan mungkin tabu. Sehingga pada akhirnya percaya bahwa anak akan ngerti sendiri cara mengelola uang jajan. Tapi, apa benar? Bagi yang belum pernah coba, ngobrolin uang dengan anak malah mungkin bisa memperkuat bonding antara orang tua dan anak.

Membangun kebiasaan dalam mengatur keuangan pada dasarnya sama dengan membangun kebiasaan lainnya yang harus dimulai sejak dini. Anak akan paham pentingnya mengelola keuangan ketika anak terbiasa melihat orang tuanya di rumah dalam mengalokasikan uang.

Beberapa orang tua mungkin bertanya, “Kalo anak TK atau SD udah dikasih uang jajan, apa nantinya gak akan matre?”. Justru itu, anak harus mulai dikenalkan dengan pengelolaan keuangan sejak dini, karena suka atau tidak, anak pasti akan berhubungan dengan uang nantinya. Jangan sampai saat harus tinggal merantau untuk kuliah, anak baru tau kalau listrik yang mereka gunakan itu harus dibayar, loh!

Cara awal mengajarkan anak untuk mengelola keuangan adalah dengan menabung, lalu mengajarkan bahwa tidak semua yang anak mau itu akan langsung terpenuhi. Untuk mengajarkan hal ini kepada anak, pastinya butuh kerjasama kedua orang tua, karena ingat, sekali lagi, bahwa anak pasti akan belajar dari orang tuanya dulu!

Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan anak untuk menabung. Saat anak meminta sesuatu kepada kita sebagai orang tua, berikan pemahaman bahwa tidak semua yang mereka inginkan itu bisa langsung terpenuhi. Anak perlu tahu runtuk mendapatkan sesuatu, ada sejumlah uang yang harus dikumpulkan dengan proses menabung. Dalam prosesnya, kita bisa berdiskusi dengan anak juga, bahwa jika anak mau menabung selama jangka waktu tertentu, kita akan memberi tambahan untuk tabungannya agar bisa mendapatkan apa yang telah anak inginkan.

Bagaimana cara memulainya?

1. Mulai beri uang jajan berjangka

Ketika anak duduk di kelas 1-3 SD, kita bisa mulai dengan memberi uang saku harian. Sembari dibarengi dengan penjelasan untuk apa uang itu. Misalnya anak diberi uang saku Rp 15.000 per hari, dengan peruntukan menabung Rp 5.000, sedekah Rp 5.000, dan jajan Rp 50.000.

2. Perpanjang jangka waktu

Mulai kelas 4 SD bisa diberi uang saku mingguan. Saat melakukan ini, penting bagi orang tua untuk memberikan perjanjian yang jelas. Misalnya kita sepakat akan memberikan uang jajan setiap hari Senin sejumlah Rp 75.000 untuk keperluan nabung, sedekah, dan jajan. Berikan juga pengertian bahwa kita hanya akan memberikan uang saku di hari Senin, sesuai kesepakatan. Disini, orang tua harus mulai berani mengatakan tidak saat anak merengek, dengan alasan sudah disepakati sebelumnya.

3. Beri uang saku lebih untuk dana sosial

Ketika sudah mulai kelas 6 atau SMP baru mulai berikan uang saku bulanan kepada anak. Pada hari tertentu beri uang saku lebih untuk keperluan sedekah, tabungan, atau hobinya.

4. Ajari Budgeting

Memasuki akhir SMP atau awal SMA mulai diskusikan budget uang saku dengan anak. Berapa yang anak perlukan untuk jajan, sedekah, nabung, dan keperluan lainnya. Kalau merengek minta sesuatu, ingatkan kalau kita sudah membuat kesepakatan di awal.

5. Jadikan anak bagian dalam diskusi keuangan

Lebih penting ketika anak sudah mulai masuk perguruan tinggi dan harus merantau. Anak tinggal di asrama atau di kost pada 1-3 bulan pertama mungkin akan menjadi trial and error. Berikan tanggung jawab kepada anak mulai dari uang untuk makan, uang buku, sampai biaya kuliah per semester. Coba lakukan review setiap satu bulan dan diskusi kembali bersama anak tentang hasilnya.

Dapatkan lebih banyak akses edukasi keuangan lainnya dari pakar keuangan Halofina melalui blog atau akun Instagram Halofina. Jika kamu sudah lebih mahir dan ingin mulai berinvestasi, segera download aplikasi Halofina. Dapatkan rekomendasi investasi dari sistem robo-advisory kami untuk mencapai tujuan investasimu!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *